A.
SELAYANG
PANDANG
Dilihat dari tata
letaknya, Desa Mangir memang sangat strategis dan menguntungkan, baik dari segi pertanian, ekonomi, bisnis dan sosial budaya. Hal tersebut dikarenakan Desa Mangir secara umum dilewati oleh jalan Kabupaten, Provinsi dan jalan
Nasional. Di kanan-kiri jalan tersebut terhampar luas lahan pertanian dan diselingi oleh
beberapa Perusahaan, baik bersekala
besar, sedang maupun kecil. Namun sebagian masyarakat setempat masih berada dibawah garis kemiskinan.
Luas dan suburnya lahan pertanian yang ada masih belum bisa secara
maksimal memberikan penghidupan yang menjanjikan bagi masyarakat setempat,
karena sebagian besar dari mereka hanya
sebagai buruh tani atau petani penggarap saja. Mengapa demikian? Karena sekitar 60% para pemilik lahan pertanian tersebut adalah
masyarakat luar desa, sedangkan masyarakat setempat hanya memiliki 40% lahan Pertanian yang ada. Itupun 20%nya rata–rata disewakan oleh para pemiliknya, dan hanya 20%
lahan pertanian itulah yang menjadi milik dan sekaligus dikelola sendiri oleh
pemilik lahan pertanian asli masyarakat Desa Mangir.
Demikian halnya dengan
keberadaan Perusahaan yang masih belum secara maksimal memberikan kontribusi
kepada masyarakat dan Pemerintah Desa setempat. Para pemilik perusahaan ini masih terlalu menjaga jarak, bahkan terkesan
menutup diri dengan perkembangan pembangunan Desa. Partisipasi dan swadaya dari mereka untuk membantu laju pertumbuhan
ekonomi dalam hal perekrutan tenaga kerja dan mungkin juga upah atau ongkos
kerja yang rendah belum sesuai dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten) masih belum
imbang dengan jumlah angkatan kerja dan pengangguran yang ada. Selain itu, dukungan kepada penyelenggaraan
pembangunan desa belum mereka lakukan secara nyata.
Padahal jika dilihat dari
jumlah dan jenis perusahaan yang ada seperti dari Jasa Pengolahan atau Daur
Ulang Plastik, SPBU, Karoseri Bak Truk, Penggilingan Padi, Penimbangan Besi
Tua, Jasa Sulam Manik–manik (Monte), Jasa Penginapan (Hotel dan Losmen) sampai Rumah Sakit serta
kegiatan usaha yang lainnya. Di samping itu, sepanjang jalan utama terdapat puluhan warung nasi dengan menu utamanya
adalah masakan khas Banyuwangi yaitu nasi pecel dengan lauk ikan wader dan
udang kali yang sudah terkenal, maka Desa Mangir sangat strategis dan cukup
menjanjikan dalam kegiatan bisnis dan usaha.
Secara umum masyarakat Desa
Mangir adalah masyarakat suku Using yang terkenal kaya akan seni dan budayanya. Disana terdapat puluhan kelompok–kelompok atau paguyuban seni, baik yang sudah dikelola secara resmi dan professional maupun yang
masih tradisional, yang sudah bisa
memberikan kontribusi nyata atas perkembangan dan kemajuan Kesenian Tradisional
Banyuwangi baik di tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional maupun Internasional. Ada nama-nama
seniman kenamaan Banyuwangi yang berasal dari
Desa Mangir, seperti: Drs. SAYUN
SISIYANTO, MM., SUPARTO HADI, SPd., SUNARDIYANTO, SPd. dan yang lainnya.
Mangir juga melahirkan seorang tokoh ilmuwan yang budayawan dan budayawan yang
ilmuwan yaitu Almarhum Bapak Profesor HASAN ALI yang telah sukses dan berhasil
menyusun Kamus Bahasa Using dan memberikan
andil yang sangat besar dalam proses
penggalian, pelestarian dan pembelajaran Bahasa asli Banyuwangi yaitu Bahasa Using disekolah-sekolah. Selain itu, Mangir
juga malahirkan seorang budayawan
muda yang menjadi motor dan penggerak dalam penggalian dan pelestarian kesenian
dan budaya Banyuwangi di Lembaga yang dikenal dengan nama DKB (Dewan Kesenian
Banyuwangi), yaitu Drs. HASAN
BASRI, S.Sni (KANG SON). Juga ada Bapak RAJULI yang terkenal segabai guru kendang sekarang berprofesi sebagai pengrajin Omprog atau Mahkota tarian
GANDRUNG yang merupakan Ikon Banyuwangi.
Melihat dari kenyataan yang
ada sebagaimana sedikit yang telah diuraikan diatas, maka dalam melaksanan dan
menyelenggarakan pembangunan desa, Desa Mangir sangatlah perlu suatu
perencanaan pembangunan yang matang dengan sangat memerlukan keterlibatan dan
pertisipasi
dari semua komponen masyarakat yang ada,
seperti keterlibatan tokoh–tokoh masyarakat, agama, perempuan, seniman, budayawan
dan pemuda, sehingga arah dan kebijakan pembangunan desa bisa menjadi jelas dan
berpihak kepada kepentingan masyarakat luas yang akhirnya pelaksanaan dan hasil
dari pembangunan, bisa berhasil guna dan berdaya guna, dalam suatu Dokumen yang berbentuk RENCANA PEMBANGUNAN JANGAKA MENENGAH DESA
(RPJMDes), dengan tujuan
untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan
kepada masyarakat yang lebih berdaya guna, serta untuk lebih memantapkan
pelaksanaan akuntabilitas kinerja pemerintah desa sebagai wujud
pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi, dan tujuan pemerintah desa.
Mengingat kamajemukan masyarakat dari segi
strata sosialnya, yaitu baik dari segi pendidikan, pekerjaan dan
ekonominya, dan juga dari segi sumber
daya yang ada baik sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA),
maka pelaksanaan dan hasil pembangunan tidaklah berjalan semulus sesuai dengan
harapan dan rencana yang ada, sehingga inilah yang menjadi kendala yang sangat
berarti yang dihadapi oleh penyelenggara
dan pelaku pembangunan didesa Mangir, namun demikian Pemerintahan Desa bersama
para tokoh dan masyarakat desa, bertekad untuk melaksanakan pembangunan yang
telah tertuang dalam Dokumen RPJMDes itu dengan penuh semangat dan optimisme
yang tinggi dengan menjunjung tinggi nilai–nilai luhur Bangsa yaitu semangat kebersamaan dan gotongroyong demi mencapai suksesnya
perencanaan pembangunan yang telah disepakati bersama dan telah tertuang dalam dokumen RPJMDes.
B.
Sejarah
Asal Usul Nama Desa Mangir
Sejarah
merupakan sebuah kisah kuno yang terjadi bertahun-tahun bahkan berabad-abad
lamanya yang memiliki makna sangat penting akan terjadinya atau berdirinya
sesuatu tempat, kampung, desa bahkan suatu kerajaan. Forum Komunikasi Pemerhati
Seni dan Budaya Desa Mangir dengan bersumber dari sesepuh pinisepuh Desa telah
menetapkan asal usul desa Mangir yang tertian dalam Buku GAP DINEMA (Gebyar
Angklung Paglak Dina Dadine Mangir), secara singkat sejarah Asal Usul Desa
Mangir dapat dikisahkan sebagai berikut.
Dikisahkan
dari seorang perempuan bernama NURNINGSIH yang merupakan isteri dari WILABRATA
(adik Prabu Tawang Alun) yang tinggal disebuah hutan belantara. Dalam usianya
yang kedua puluh lima tahun NURNINGSIH melahirkan seorang bayi laki-laki yang
elok rupa pada Hari Sabtu Wage tanggal 04 Juli tahun 1829 Masehi disebuah gubuk
kecil ditengah rerimbunan pepohonan yang terletak disekitar sumber (mata air)
yang sangat bening dan jernih yang keluar dari sela-sela pepohonan salak,
sehingga akhirnya dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan daerah SUMBER SALAK
(tepatnya belakang Balai Desa Mangir sekarang).
Hari
berganti bulan dan bulanpun berganti tahun, sang bayi putra NURNINHGSIH pun
beranjak dewasa, dengan bergelar KI AGENG HAJAR MANGIR yang merupakan leluhur
masyarakat Desa Mangir. KI AGENG HAJAR MANGIR yang masih keturunan Kesatria,
beliau menunjukkan kewibawaan dan kemahiran dalam setiap bidang ilmu
pengetahuan mulai tekhnik-tekhnik bercocok tanam atau bertani, olah kanuragan,
tata kepemerintahan, spiritual ketuhanan, bahkan sampai dengan ilmu pengobatan,
dan terkenal pula dengan sifat-sifat mulianya yaitu penyantun, penyabar dan
penuh kebijaksanaan.
Sebutan
KI – AGENG – HAJAR – MANGIR itu
sendri dapat diartikan sebagai berikut:
1. KI
berasal dari kata Aki atau Kakek yang menurut masyarakat Desa Mangir berarti
Kakik atau Buyut yaitu orang yang dituakan.
2. AGENG
yang berarti Agung atau Besar atau Berwibawa yang bermaksud seseorang yang
mempunyai kelebihan dari orang-orang pada umumnya.
3. HAJAR
yang berarti Ngajar / Mulang / Muruk, artinya seseorang yang mempunyai
kemampuan dalam membimbing dan membrikan ilmu pengetahuan kepada orang lain.
4. MANGIR
yang berasal dari nama sebuah kayu yang banyak tumbuh disekitar kediamannya
yakni pohon Mangir yang berarti Mahir atau ahli, dimana kemahiran atau keahlian
itu sendiri berasal dari kemahiran atau keahlian yang dimiliki Ki Ageng sendiri
dalam berbagai ilmu pengetahuan yang dimiliki seperti tersebut diatas. Kayu
Mangir itu sendiri mempunyai ciri-ciri kulit pohon berwarna coklat, daging
kayunya putih, daunnya kecil mengandung busa, pohonnya tinggi besar biasa
dipergunakan berteduh bagi orang-orang yang kehujanan dan kepanasan (ini
mengandung makna filosofis bahwa Ki Ageng Hajar Mangir sebagai tempat orang
sekitar untuk tempat bertanya untuk memecahkan segala macam problema
permasalahan kehidupan, mulai berguru, belajar sampai dengan berobat).
Ketenaran
dan kemasyhuran KI AGENG HAJAR MANGIR semakin hari semakin meluas seantero
Blambngan, sehingga tak ayal banyaklah orang yang dating untuk berguru,
berobat, meminta nasihat, sekedar ingin tahu bahkan ada juga yang ingin
menjajal ilmunya yang menantang bertarung dan adu kesaktian. Tapi beliau selalu
menanggapinya dengan lembut dan penuh bijak, selama masih bisa diajak diskusi
dengan baik-baik, tetapi apabila sangatlah terpaksa dan dalam keadaan terjepit,
maka beliau baru melayani dengan bertarung yang sampai pada akhirnya,
musuh-musuh itu menjadi prngikut setia beliau.
Melihat
semakin banyaknya warga yang datang dan berada disekitar gubuk padepokan beliau
disekitar Sumber Salak, maka disuatu ketika tepatnya tanggal 16 Agustus 1854,
KI HAJAR mengajak warga untuk membuka hutan disekitar untuk dijadikan
pemukiman, dimulailah pembabatan hutan yang masih angker dan lebat itu sehingga
tak sedikit warga yang jatuh sakit, baik sakit yang disebabkan karena kelelahan
maupun sakit yang disebabkan oleh gangguan-gangguan makhluk halus. Semua
berhasil diobati dan ditangani oleh KI AGENG, namun esok harinya ada lagi yang
terkena sakit demikian seterusnya satu sembuh yang lainnya tertimpa sakit.
Melihat hal seperti itu KI AGENG HAJAR MANGIR kemudian membuat sebuah azimat yang berupa sabuk yang diikatkan diperut
sebagai penangkal berbagai macam gangguan diatas, dengan ijin Yang Maha Kuasa
pengngkal azimat yang dibuat beliau benar-benar mustajab dan wargapun tidak ada
lagi yang terkena sakit.
Berita
yang sangat besar ini dengan mudah menyebar sampai keluar perkampungan Sumber
Salak, dan akhirnya bertambah banyaklah orang luar yang dating kesana untuk
meminta penangkal yang tersebut diatas, sehingga pada akhirnya perkampungan
Sumber Salak semakin ramai dikunjungi orang luar dan akhirnya perkampungan itu
dikenal dengan perkampungan KI AGENG HAJAR MANGIR yang sampai sekarang dikanal dengan DESA MANGIR,
sedangkan azimat yang tersohor itu dikenal dengn SABUK MANGIR.
Demikian
sekilas petikan cerita tentang asal muasal DESA MANGIR yang dihimpun oleh Forum
Pemerhati Seni dan Budaya Desa Mangir yang tertuang lengkap dalam Buku Gelar
Angklung Paglak Dina Dadine Desa Mangir, semoga ini semua menjadi khazanah
budaya dan tambahan perbendaharaan baru dalam referensi Babad Blambangan.
C.
Kondisi
Desa
1.
Letak
Geografis dan Topografis Desa Mangir
a.
Letak Geografis
1)
Batas-batas
Desa Mangir :
·
Sebelah Utara berbatasan
dengan : Desa Gladag
·
Sebelah Timur berbatasan
dengan : Desa Gintangan dan Kaligung
·
Sebelah Selatan berbatasan
dengan : Desa Wonosobo, Kec.
Srono
·
Sebelah Barat berbatasan
dengan : Desa Aliyan dan Bubuk
2)
Luas
wilayah Desa Mangir :
·
Luas
Keseluruhan Desa : 498,985 Ha
·
Penggunaan
lahan :
§ Persawahan :
408,064 Ha
§ Tegalan :
20,230 Ha
·
Pemukiman : 54,851
Ha
·
Perkebunan :
0 Ha
·
TPU
(Tempat Pemakaman Umum): 2,203 Ha
·
Perkantoran :
3,361 Ha
·
Lain-lain : 10,276 Ha
b.
Topografi Desa
1) Letak Desa dari permukaan air laut : 12 mdpl
2) Suhu udara rata-rata : 20-40 ˚C
3) Tingkat curah hujan :
·
Curah hujan rata-rata : 2000 – 3000 mm/tahun
·
Curah hujan tertinggi pada bulan : Oktober – Maret
·
Curah hujan terendah pada bulan : Mei - September
4)
Keadaan tanah dan tanaman : Tanah Liat Hitam
5)
Kondisi Permukaan tanah : Dataran Rendah
6)
Jenis tanah : Tanah Liat Hitam Berpasir
7)
Jenis tanaman yang mayoritas tumbuh : Padi,
Palawija, Kelapa dll.
8)
Keadaan air :
·
Sumber-sumber air sungai untuk kegiatan pertanian : Pengairan Irigasi (HIPPA)
·
Sumber-sumber air untuk kegiatan sehari-hari : Sumur gali perumahan
2.
Demografi
Desa
a.
Kependudukan
1)
Jumlah penduduk
Desa Mangir : 4431 Jiwa
·
Jumlah
Kepala Keluarga (KK) : 1749 Jiwa
·
Jumlah Gakin : 2660 Jiwa
·
Laki-laki : 2194 Jiwa
·
Perempuan : 2237 Jiwa
2)
Nama
Dusun 1 : Krajan
·
Jumlah
penduduk Dusun : 1790 Jiwa
·
Laki-laki : 906 Jiwa
·
Perempuan : 884 Jiwa
·
Jumlah
Kepala Keluarga (KK) :
903 Jiwa
·
Jumlah
Gakin : 1074 Jiwa
3)
Nama
Dusun 2 : Kapelaan
·
Jumlah
penduduk Dusun :
607 Jiwa
·
Laki-laki : 303 Jiwa
·
Perempuan : 304 Jiwa
·
Jumlah
Kepala Keluarga (KK) :
154 Jiwa
·
Jumlah
Gakin :
364 Jiwa
4)
Nama
Dusun 3 : Sasak Bomo
·
Jumlah
penduduk Dusun :
629 Jiwa
·
Laki-laki :
315 Jiwa
·
Perempuan : 314 Jiwa
·
Jumlah
Kepala Keluarga (KK) :
192 Jiwa
·
Jumlah
Gakin :
337 Jiwa
5)
Nama
Dusun 4 : Cengkokan
·
Jumlah
penduduk Dusun :
695 Jiwa
·
Laki-laki : 342 Jiwa
·
Perempuan : 353 Jiwa
·
Jumlah
Kepala Keluarga (KK) :
254 Jiwa
·
Jumlah
Gakin :
417 Jiwa
6)
Nama
Dusun 5 : Sumbersari
·
Jumlah
penduduk Dusun :
700 Jiwa
·
Laki-laki : 328 Jiwa
·
Perempuan : 372 Jiwa
·
Jumlah
Kepala Keluarga (KK) :
246 Jiwa
·
Jumlah
Gakin :
420 Jiwa
3. KEADAAN
SOSIAL
a. Tingkat Kepadatan Penduduk :.........
8,88 Jiwa/km
1) Jumlah penduduk berdasarkan usia :
·
0 – 12 bulan :......................... 34
jiwa
·
0 – 7
tahun : ...................... 190
jiwa
·
7 – 18
tahun : ....................... 671
jiwa
·
18 – 56
tahun : .................... 2686
jiwa
·
56 tahun
keatas : ........................ 704 jiwa
·
Laki-laki :...................... 2194
jiwa
·
Perempuan : ...................... 2237 jiwa
2) Jumlah penduduk berdasarkan suku/etnis ;
·
Using : ....................... 5.608 jiwa
·
Sunda : ........................ 1
Jiwa
·
Jawa : ....................... 12
Jiwa
·
Madura : ........................ 14
Jiwa
·
China : ........................ 9
Jiwa
·
Bali : ........................ 3
Jiwa
·
Timor : .. ………………. 1
Jiwa
3) Tingkat kematian dan kelahiran :
·
Tingkat
kematian rata-rata per-tahun :... 0
jiwa
·
Tingkat
kelahiran rata-rata per-tahun : .. 34
jiwa
·
Tingkat
kematian rata-rata ibu melahirkan per-tahun jiwa : 0 jiwa
·
Tingkat
kematian rata-rata bayi lahir per-tahun : ........... 1 jiwa
4. Kondisi Pendidikan
a. Jumlah
Lulusan Pendidikan di Desa :
1) Tidak sekolah : 0 jiwa
2) Tidak tamat SD : ....................... 0
jiwa
3) Tamat SD : .................... 2399
jiwa
4) Tamat SMP : ................... 936
jiwa
5) Tamat SMA : ................... 313
jiwa
6) Tamat D1, D2, D3 dan S1 : ................... 22
jiwa
b. Jumlah Remaja putus Sekolah di Desa................................ : 0
jiwa
1) Tingkat SD : ................ 0
Jiwa
2) Tingkat SMP : ................ 0
Jiwa
3) Tingkat SMA : ................. 0
jiwa
4) Tingkat D1, D2, D3 dan PT : ................ 0 Jiwa
5. Kondisi Kesehatan
a. Pemenuhan Air Bersih :
1) Jumlah KK yang memiliki sumur gali :........ 1517
Jiwa
2) Jumlah KK yang memiliki sumur Bor :......... 15
Jiwa
3) Jumlah KK yang dialiri perpipaan................................ : 0
Jiwa
b. Kondisi Perumahan :
1) Jumlah Rumah sehat :............. 1410
Jiwa
2) Jumlah Rumah
tidak sehat :.............. 157
Jiwa
c. Kesehatan Lingkungan :
1) Jumlah Rumah yang memiliki jamban:.....
1410 rumah
2) Jumlah Rumah tidak memiliki jamban:...... 157
rumah
6. Kondisi Keagamaan
Jumlah Pemeluk Agama di masing-masing Dusun
Desa Mangir Kecamatan Rogojampi
Tahun 2015
No
|
Dusun
|
Agama
|
||||
Islam
|
Kristen
|
Katolik
|
Hindu
|
Budha
|
||
1.
|
Krajan
|
1790
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2.
|
Kapelaan
|
607
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
Sasakbomo
|
618
|
7
|
4
|
0
|
0
|
4
|
Cengkokan
|
695
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
Sumbersari
|
700
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
4420
|
7
|
4
|
0
|
0
|
Sumber
data : Kantor Desa Mangir
Jumlah Kelompok Keagamaan
Desa Mangir Kecamatan Rogojampi
Tahun 2015
No
|
Nama
Kelompok
|
Total
(kelompok)
|
1.
|
Kelompok Yasinan
|
11
|
2.
|
Jamaah Tahlil
|
17
|
3.
|
Kelompok Pengajian
|
7
|
4.
|
Kelompok Kematian
|
5
|
5.
|
Sumber data : Kantor Desa Mangir
7. Kondisi Adat Istiadat
Adat Istiadat yang berlaku di desa Mangir meliputi :
a. Kematian :
5 Kelompok
b. Pernikahan :
0
Kelompok
c. Mauludan :
5 Kelompok
8. Kondisi Kesenian
a. Jaranan :
0 Group
b. Gandrung :
0 Group
c. Janger :
1 Group
d. Tabuhan (Angklung) & Tari Daerah.............. :
2 Group
e. Hadrah :
3 Group
f. Musik :
1 Group
g. Umar Moyo (Rengganis) :
0 Group
h. Pencak Silat :
1 Group
i.
Patrol :
1 Group
j.
Terbang /
Kuntulan :
1 Group
k. Barong :
0 Group
9. Kondisi Ekonomi
Secara umum keadaan
perekonomian di Desa Mangir adalah masyarakat Desa Mangir dalam tarap ekonomi
berkembag bagi kelompok usaha dan pengusaha dan pada kelompok ekonomi menengah
kebawah masyarakat Desa Mangir perlu dukungan modal dan bantuan disertai dengan
pendampingan pembinaan , pengetahuan dari pihak terkait mulai Pemerintah Desa ,
hingga pemerintah / Isntasnsi terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar